Beberapa Pointers Ceramah Umum KH. Hasan A. Sahal di hadapan Pimpinan Pondok Alumni se-Jawa Sumatera di Pondok Modern Tazakka, 10 April 2016

===========.

  1. Kalau pondok ingin berkembang dan maju, maka pimpinan / pengasuh harus fokus pada santri dan pesantrennya, dan harus punya sibghoh kekiaian.
  2. Berdasarkan pengalaman Gontor dan pengamatan puluhan tahun terhadap pondok-pondok alumni maka sebaiknya untuk para kiai pesantren:

Lanjutkan membaca “Beberapa Pointers Ceramah Umum KH. Hasan A. Sahal di hadapan Pimpinan Pondok Alumni se-Jawa Sumatera di Pondok Modern Tazakka, 10 April 2016”

RAHASIA KESUKSESAN ÖRANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK

بسم الله الرحمن الرحيم

#Pertemuan dengan Musa dan Abi-nya#

Bertempat di Masjid Sekolah Indonesia Kairo (SIK). Bapak La Ode Abu Hanafi menyampaikan beberpa pesan.

  1. Untuk Ayah, seorang anak berhak dicarikan ibu yang shalihah.
    Umar ibn khatab pernah ditanya tentang hak anak. Ada 3; mendapat nama yang baik, mendapat ibu yang shalihah, (lupa). Ibu yang shalihah akan mengajarkan ke Allah. Bayangin, sambil menyusui anaknya, si ibu sambil ngaji. Si anak mendengarkan lantunan dari ibunya.

Yang shalihah seperti apa? Semangat belajar agama, semangat mengamalkan agama Allah, mempraktikan agama Allah.

  1. Ibu-ibu punya jadwal. Bukan hanya jadwal belajar, jadwal main. Anak-anak harus main. Dan ketika main nggak boleh diganggu. Jadwal belajar. Jadwal belajar ya harus belajar. Jadwal istirahat. Kendala yang ada dihadapi asatidz karena di rumah nggak didukung keluarga, nggak didukung untuk murojaah misalnya. Kalau anaknya di sekolah belajar, udah lemah, capek, di rumah malah main, nanti sakit. Jadwal makan harus makan, jadwal mandi harus mandi. Yang penting hidup harus teratur. Dan ibu harus ISTIQAMAH, jangan, “ah namanya juga anak-anak”, lalu disepelekan. Jangan kalo ada teman main, terus “belanja yuk”. Jangan !, bilang, “aku punya jadwal dengan anakku, ada jadwal belajar, ada jadwal main, ada jadwal murojaah”

Musa dididik langsung oleh ayahnya. Awalnya beliau ragu untuk menerapkan pendidikan mandiri, tapi beliau yakin, bahwa orang yang berilmu dan berjuang untuk ilmu akan terangkat, imma di dunia wa imma di akhirat.

Dulu beliau nggak ngebayangin Musa ngafal quran, tapi setelah dijalanin. Seluruh bidang diajarkan, MTK, B. Inggris, B. Arab, dll. Saya nggak fasih-fasih amat, tapi minimal bener.

Jangan tunggu kita ideal. Jangan tunggu kita qiroah sab’ah misal. Kalo mikir ke sana nanti putus asa duluan. Nanti ujungnya malah nggak diajarkan. Yang saya tanamkan, “apa yang saya tahu itu yang saya ajarkan. Malah berasa manfaatnya”

Musa murojaah 3 juz sehari, selesai jam 9 pagi. Kalau sekolah formal mulai jam 7, nggak cukup. Belum hadisnya; arba’in nawawi, umdatul ahkam, bulughul marom, doa-doa. Belum akidah, fiqih.

Contoh jadwalnya,
10 menit sebelum tidur. Saya beli kitab akidah, fiqih, saya beli 2 (anak yang bisa baca 2), mereka pegang satu-satu.

Mereka dijadikan imam, memang ada khilaf ulama, tapi itu shalat sunnah, nanti kalo salah – saya yang tegur. Lalu gantian, kadang saya jadi imam.

Ragu??
Kadang ragu. Tapi saya hantam keraguan itu. Kadang ragu masalah ijazah, tapi buktinya Pemda alhamdulillah sekarang malah percaya ke kami dan keluarga. Dan saat ini kami membawa nama negara.

Gedget dilarang. Contoh main fb lalai. Yang dewasa aja lalai, gimana anak-anak.

Kapan Musa mulai diajarkan menghafal Al-Quran? Dan pake metode apa? Dalam sehari kuat berapa lama ketika mengajar sekali duduk?

Mungkin tidak semua anak kemampuannya sama. Ya saya tahu itu. Yang saya fahami, ilmu (sebagaimana rizki yang lain) adalah takdir minallah. Takdir ini sir (rahasia). Awalnya saya juga seperti itu. Baca siroh, ibnu hajar hafal 9 tahun, “iya lah orang Mesir. Beda dong”. Awalnya berpikir seperti itu. Jadi, rezeki memang rahasia. Iya, anak emang BEDA. Tapi siapa yang tau takdir Allah?? Lalu siapa yang tahu anak kita beda? Apa beda dengan imam suyuthi, dengan imam syafii? Siapa yang tahu? Yang kita bisa adalah ikhtiar.

Berapa lama?
Yang dialami, bisa 10 jam duduk. Tapi ada prosesnya. Prosenya? Ya itu, Ibu-ibu buat jadwal. Faidahnya jadwal, anak terbiasa hidup disiplin, terbiasa melawan hawa nafsu (main, dll). Kalau terbiasa displin nanti terbiasa menahan hawa nafsu. Misal anak biasa minum susu terus, lalu sususnya habis, jangan dikasih dulu, jangan bohong tapi, dijelaskan faidah sabar, sabar itu apa? awalnya nangis nggak minum susu dulu, lama-lama tahu apa itu sabar.
Pun ngaji, awalnya sekian menit, goyang-goyang, jangan diturutin, sambil dijelaskan. Kalau dia mau apa diturutin terus, nggak akan tercapai. Tapi ya sedikit-sedikit.

Awalnya ditalqin 5 menit ba’da subuh dan ba’da maghrib. Ba’da maghrib murojaah. Itu, awalnya 5 menit, sebelum 10 jam.

Gimana peran ibu??
Uminya itu yang ngajarin doa. Dari belum bisa ngomong, udah diajarin doa. Istri saya ‘cerewet’. Mau ngapa-ngapain dibacain doa. Masuk kamar mandi dibacain doa, keras, sampe kedengeran di luar. Awalnya saya heran. Ternyata hasilnya mantap. Adenya Musa, umur 1 tahun, kalau bersin, yang Alhamdulillah uminya, sekarang udah 1 tahun lebih, kalo bersih reflek baca hamdalah, tapi ya belum fasih, “yaaah”, gitu aja. Doa-doa, MTK, B.Inggris, bacaan shalat. Itu uminya yang ngajarin. Sekarang saya pergi safar, yang ngajarin di rumah siapa?? Asisten saya. Jadi saya pergi tenang, nggak kepikir, “siapa yang ngajarin anak di rumah?”. Anak mau 5, sedang hamil besar, tapi baju saya rapi, disetrikain, rumah rapi. Siapa yang ngelakuin? Uminya. Itu nggak mudah. Yang ibu-ibu pasti paham. Itu faidah asisten shalihah.

Kalau bapak Musa 10 jam dengan Musa, padahal bapak-bapak kebanyakan mencari nafkah di luar rumah. Bagaimana dengan maisyah??
Harus punya sifat qonaah. Rasanya ini tabiat manusiawi. Namnya sempit harta, kepala pening. Dulu saya kerja nyari getah karet, alhamdulillah toko juga sepi, harga karet anjlok. Akhirnya saya kepikir, nyari banyak harta kapan ujungnya? Sedangkan umur nggak bisa diulang. Artinya anak harus segera diajarin.

Ngambil getah karet ba’da subuh- bagus, ngafal ba’da subuh juga bagus. Gimana kalo saya menghentikan ambil getah karet? (Dalam kondisi ekonomi mepet). Akhirnya diskusi dengan istri. Orang kafir aja diberi rizqi, apa mungkin Allah menyempitkan yang memperjuangkan kitabullah? Akhirnya berhenti sebagian mata pencaharian, tapi buahnya 30 juz ini. Setelah itu Alhamdulillah kelapangan. Semakin mudah (semoga bukan termasuk ujian saya), maka saya saya harus memberi kemudahan ke anak saya. Saya harus membuat anak saya pinter. Tapi balasannya Alhamdulillah.

Pernah ada keajaiban yang terjadi di Musa nggak? Ya nggak ada sih, 30 juz ini. Kalo di luar itu ya nggak ada seingat saya.

Doa khusus apa untuk Musa? Ketika proses seperti ini, bukan sesuatu instan, misal sejak mengandung, apa yang dilakukan?

Doanya banyak. Kita kan mau menanam, bibit harus bagus. Makanan yang halal, kalo makanan halal, keluar sarinya yang halal (sarinya laki-laki ini). Doa sebelum… artinya melindungi anak sejak sebelum lahir dari syaiton.

2 bulan lagi, ketika Ramdhan, beliau berdua akan ke Mesir lagi. Diundang dan mendapat penghargaan khusus dari Presiden Mesir.

*tulisan sangat random, hanya mengikuti jalannya pembicaraan. Tidak ada filter subjektif. Jika banyak yang terlewat atau kurang tepat, karena kealpaan pendengaran.

نستغفر الله من قول بلا عمل.
ربنا هب لنا من أرواجنا و ذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين اماما.
و صلى الله على سيدنا محمد الذي سكنت بالصﻻة عليه قلوب المؤمنين.


Kairo, 7 Rojab 1437 H
1:06 PM

Nb :
Copas dari grup wa

APA SIH YANG ANTUM CARI ….?”

Oleh: Ustadz Dede Nurjannata
(Dai Nasional MADINA – Penulis Buku)

Antum jangan mengira bahwa orang yang bawa mobil mewah itu hidupnya bahagia. Boleh jadi dia sedang stres memikirkan setoran bulannya yang macet 3 bulan.

Antum jangan mengira pejabat koruptor berpangkat tinggi di rumah mewah itu bahagia, boleh jadi dia selalu deg-degan dengan karena cepat atau lambat kasus korupsinya terbongkar dan dia bakal meringkuk 9 tahun dalam penjara.

Terkadang kita tidak habis pikir, mereka mengorbankan waktu dan tenaganya untuk mencari harta tetapi di lain waktu hartanya dihabiskan hanya untuk menebus tubuhnya untuk sehat.

Jangan pernah berpikir bahwa bahagia itu sebatas jika harta melimpah ruah. Harta memang salah satu faktor orang bisa hidup bahagia tetapi itu bukan satu satunya faktor.

Ada kisah menarik, tentang seorang bapak yang cukup kaya, suatu ketika anaknya jatuh sakit dengan jenis penyakit yang cukup berat, lalu ia bawa ke dokter dan menghabiskan biaya 547.000 juta, bapak ini kaget bukan kepalang ternyata biaya operasi anaknya sama dengan jumlah nominal hasil korupsi yang ia lakukan, ya… nominalnya sama 547.000 juta.

Allah mboten sare (tidak tidur)… setiap perbuatan buruk akan dibalas setimpal dengan dosanya.

Di Aceh Tamiang tempat saya tinggal, seorang bapak paruh baya yang kaya raya, kebun sawitnya ratusan hektar datang minta dirukyah, kepalanya katanya pening sudah dibawa ke rumah sakit di Malaysia hasil diagnosa dokter ada cairan di kepala, menurut cerita bapak ini, dokter spesialis membelah batok kepalanya dan biayanya habis 500 juta lebih, angka yang sangat besar bukan? Padahal klo kita sakit kepala, pening2, minum panadol aja sembuh Biiznillah.

Lalu untuk apa sih hidup ini? Allah telah memberikan kita segalanya, badan sehat, makan enak, rumah juga sudah ada meski masih ngontrak, anak-anak lucu dan cerdas-cerdas, istri sehat dan sholihah, sungguh dunia sudah ada dalam gengaman antum.

Perhatikanlah sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa berada di pagi hari dalam keadaan aman, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan ia telah memiliki dunia seisinya.” (HR. Tirmidzi; dinilai hasan oleh Al-Albani)

Maka dari sini kita harus menanamkan dalam hati bahwa kebahagiaan bukan hanya terletak pada kemampuan kita mengumpulkan pundi-pundi harta, meski akhirnya habis untuk sekedar kesehatan, dan lainnya. Kebahagiaan bukanlah ketika kita mempu memiliki harta meski dengan jalan yang haram. Cukuplah kebahagiaan itu ada pada tiga perkara yang Rasulullah sebutkan. Sehingga dengan itu mampu menambah semangan kita dalam melakukan ketaatan.

Kunci bahagia itu mudah, qonaah dengan yang antum miliki jangan tengok kanan-kiri, biarkan rumput tetangga lebih hijau, rumput yang baik adalah rumput yang ada di halaman rumah antum, klo itu prinsip kita, maka kitalah orang yang paling bahagia, meski rumah antum gubuk maka di gubuk itu kita bahagia.

=!!!!====
Group WA

SOLUSI MERÄIH REZEKI

بسم الله الرحمن الرحيم

“Masihkah aku harus menuntutmu wahai Suamiku?”

“Ganti kerjaan saja Pa, cari yang lebih baik”

“Coba bisnis ini aja Bah, lebih prospek”

“Pindah saja ke perusahaan ini Yah, mana bisa move on kalau tetep gini-gini aja”

“Jangan mas, jangan resign, nanti keluarga kita gimana, rumah masih nyicil, mobil belum punya”

“Coba deh Pi, nglamar kerjaan di situ, bisa berkali lipat gajinya, belum tunjangannya,”

“Ya kalau cuma dokter umum kapan bisa kaya Pa, gak papa sekolah aja lagi cari bea siswa, atau kerja di RS ini lebih profitable, coba lihat itu dr.A sudah mobilnya saja 2.. ”

Dan sekian lagi…
Apapun profesi si Suami,
Ada sekian kata-kata yang mungkin saja seorang istri sampaikan pada suaminya.
Dengan dalih sekedar “memberi saran” duniawi.
Dengan dalih sharing “mewujudkan keluarga samara”
Sakinah
Mawaddah
Wa rahmah.

Sekilas.

Entah sadar atau tidak,
Ah, mungkin si istri lupa,
Atau pura-pura lupa
Atau jangan-jangan belum tahu ayat ini:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُلَا يَحْتَسِبُ (١)
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا( ٢)

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)

Kerja sekeras apapun, bukan jaminan kita akan menjadi KAYA
Karena rezeki kita sudah ditakdirkan sejak kita dalam janin ibu-ibu kita…

Mungkin si istri tadi lupa,
Ketika dia menuntut lebih dari dunia ini,
konsekuensinya suami akan “terseret” pada kehidupan yang fana.

Bayangkan,
Ketika lelah bekerja di pagi bahkan sampai malam hari
Maka apa yang tersisa?
Mungkin untuk shalat berjama’ah di masjid saja “keteteran”
Tak bisa si suami tunaikan dengan sebaik-baiknya.

Entah dari segi meninggalkan sunnah-sunnah sebelum shalat berjama’ah
Atau yang lain

Mungkin si istri lupa,
Semakin lelah suami mencari nafkah, itu akan semakin mengurangi porsi akhirat.

Kok bisa?

Dunia dan akhirat tak bisa fifty-fifty.
Siapa yang menghendaki akhirat, jelas akan ada dari dunianya yang harus dikorbankan.
Mau tidak mau.
Sunnatullah.

Begitupun,
Ketika seseorang menghendaki dunia, tujuan hidupnya untuk dunia,
Maka bagian akhiratnya pun akan terlalaikan

Tak perlu menutup mata dari hiruk pikuk duniawi masyarakat awam kita
Bahkan dengan mudah kita saksikan
Betapa hebat mereka bersemangat kerja,
Berangkat subuh pulang maghrib,
Bahkan ada yang 24 jam ditempat kerja
Dedikasi pada dunia kerja mereka.

Yaa Ummahat fillah..
Apakah yang membedakan kita dengan mereka?
Tentu saja 1:
“Wahai suamiku, ambillah dunia seperlunya….
Cukup untuk kita menegakkan tulang beribadah kepada-Nya
Lalu pulanglah,
tarbiyah kami di atas Sunnah,”

Ath thalaq ayat 1-2,
tak sekedar dibaca
Tapi harusnya kita yakini,
Bahwa TAQWA adalah solusi terbaik.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai istri-istri yang membantu suami dalam ketaqwaan kepada Allah.
Bukan malah sebaliknya,
Kita berlindung kepada Allah dari jeleknya akhlak kita, hawa nafsu kita.. yang bisa menjerumuskan suami pada kubangan dunia.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا